Kebanggan pastinya terlihat dan tumbuh sebenarnya saat kamu bersemangat menjemput asa. Kau
ikhlas tinggalkan keluarga, handai taulan, dan kampung halaman. Satu
yang kamu inginkan; masa depan.
Berjalannya waktu, seiring itu pula kamu mulai dewasa. Semakin kokoh
kakimu, makin membaja hatimu, dan makin realistis yang kamu mau. Namun,
ada di antara kamu yang makin nglokro, kelihatan kurang bersemangat
untuk mewujudkan yang pernah diinginkan saat itu. Mereka lebih kepada
kemalasan dan sekedar ingin keturutan apa yang diinginkan saat ini.
Mereka sangat kelihatan , yang kata orang pinter, teman/saudaramu itu
mulai kena faham hidonisme. Itu lho Nak, yang penting mereka seneng saat
ini. Apa yang dimaui saat ini harus keturutan. Mereka males memikirkan
dan menyiapkan masa depan. Males belajar, males bekerja, suka jajan,
dandan, dan dolan.
Bapak tetap berterimakasih kepadamu semua. Karena Bapak dapat belajar darimu. Bapak dapat banyak ilmu. Dan menyemangati Bapak untuk selalu menambah ilmu.
Bapak tetap berterimakasih kepadamu semua. Karena Bapak dapat belajar darimu. Bapak dapat banyak ilmu. Dan menyemangati Bapak untuk selalu menambah ilmu.
Benar Nak, Bapak sampai hafal bahasa tubuhmu. Saat kamu memasukkan
tangan ke dalam kerudung depanmu; saat kamu berjalan cepat dengan
menunduk; saat kamu memperlambat kumpul; sampai kamu selalu mengatakan
aku bila ada perintah yang ternyata semua itu untuk menutupi
kekuranganmu. Sekali lagi terimakasih.
Nak, Bapak juga belajar sabar darimu. Dari ke-25 darimu, ternyata 25
pula karaktermu. Berarti Bapak harus menyiapkan hati yang luas untuk
menampung segala lakumu. Sekali lagi terimakasih untukmu.
Nak, Bapak tetap bersemangat membimbing, mengasuh, mengajari,
melatih, dan mendidikmu. Agar kelak kamu tetap dapat mewujudkan masa
depan gemilangmu. Ayo Nak, tetap bersemangat, jangan mudah terlengah
oleh goda kecil yang mengakibatkan kamu dapat terpeleset, bahkan
tergelincir ke jurang kesedihan. Dekatlah selalu kepada Yang Maha
Mementukan Nasibmu . Masihkah ingat beberapa penyemangat yang hampir
tiap pagi kamu pekikkan?
Manjadda wa jadda.
Manjadda wa jadda.
Ditulis oleh
aan - Jumat, 28 Maret 2014 - 05.19



Belum ada komentar untuk "Belajar Berdiri di kaki sendiri."
Berpartisipasi membudayakan komentar yang setia pada topik, berekspresi dengan bahasan yang tidak menyerang dan tidak menebar kebencian, penulis ucapkan matur nuwun telah memberikan apresiasi terhadap artikel diatas